Pertempuran Syam: Nubuat dan Persiapan Kita

Berikut adalah makalah sederhana yang dua minggu ke belakang sempat setengah saya sampaikan dalam sebuah halaqah syahriyyah. Setengahnya lagi dibaca oleh seorang kawan karena di tengah-tengah pembacaan saya tak kuasa untuk sekadar melanjutkan. Tercekangnya tenggorokan beberapa kali saat menyusunnya rupanya memanjang sampai saat saya menyampaikannya di muka umum.

Isinya, saya akui, amat jauh dari kesan ilmiah. Bertahun-tahun saya tidak menulis lagi tampaknya memengaruhi kondisi tersebut. Tapi berkat ini pula saya kembali diingatkan bahwa di masa setelah saya tiada nanti, amanah yang mengendap dalam diri berupa keilmuan -sekecil apapun- harus menjejak untuk generasi mendatang yang akan menyempurnakan dan menjaganya.

Pertempuran Syam: Nubuat dan Persiapan Kita

ledakan

Mukadimah

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai…” (TQS. At-Tiin [95]: 1-2)

Syam adalah sebuah wilayah yang sangat istimewa. Wilayah yang sekarang meliputi Suriah, Libanon, Palestina dan Yordania, ini tengah dilanda kecamuk yang luar biasa hebat. Sementara keistimewaannya tidak akan pernah berubah meski situasi dan kondisi yang ada di bumi yang diberkati itu menunjukkan keadaan yang porak poranda karena sebuah peperangan.

Allah SWT banyak menyebut bumi Syam dalam kalam-Nya dengan disertai pemahaman bahwa objek yang tengah disebut adalah istimewa, seperti yang termaktub dalam surah al-Maa’idah [5]: 21, surah al-A’raaf [7]: 137, surah al-Israa’ [17]: 1, surah al-Anbiyaa’ [21]: 71 dan 81, dan surah Saba’ [34]: 18.

Dalam ayat-ayat tersebut, bumi Syam diterangkan dengan keberkahan yang telah Allah turunkan atasnya dan menjadi sebuah ketetapan yang nyata. Juga melalui banyak riwayat, Rasulullah SAW menyebut-nyebut keistimewaan bumi Syam. Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit yang berkata,

“Suatu hari kami bersama Rasulullah SAW sedang menyusun al-Quran dari kulit. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ‘Suatu kebaikan untuk negeri Syam.’ Kami bertanya, ‘Kenapa demikian ya Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Karena malaikat ar-Rahman melebarkan sayapnya atas Syam.’” (HR. at-Tirmidzi)

Negeri Syam adalah tempat di mana tanda-tanda kenabian Muhammad SAW terlihat. Di negeri ini pula kaum Muslim mencapai kejayaannya tatkala setelah menyingkirkan Romawi Timur, negeri Palestina dibuka berikut Mesir pada periode ke depannya. Kemudian pada masa selanjutnya, melalui pintu Mesir, Afrika dan sebagian Eropa berhasil dibuka.

Setiap jengkal tanah Syam yang dilalui oleh pasukan kaum Muslim menjadi saksi bisu betapa kaum yang mencintai kematian saat itu menerjang pasukan Romawi tanpa kenal takut. Tanah Syam menjadi saksi saat Khalid bin Sa’id mengejar seorang panglima Romawi yang mundur menarik diri ke Damaskus. Debu-debu negeri Syam menempel lekat pada langkah-langkah gagah Abu Ubaidah bin al-Jarrah yang diutus untuk membuka Homs, Amru bin al-Ash untuk membuka Palestina, Syarahbil bin Hasanah untuk membuka Yordania, dan kemudian bersatu padu di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid yang khusus didatangkan dari Irak. Tanah Syam juga menjadi saksi atas peristiwa yang menyulut pasukan Romawi ketika salah seorang panglimanya berbalik haluan dan bersyahadat di depan Khalid bin Walid.

Bumi Syam adalah bumi yang diberkati karena juga dijatuhi oleh darah-darah mulia para syuhada yang berusaha untuk membebaskan wilayah tersebut dari kekuasaan Heraklius. Sehingga setelah pasukan kaum Muslim berhasil membuka negeri Syam, banyak dari mereka yang memilih tinggal atau menetap di negeri istimewa tersebut.

Takdir Allah SWT atas Wilayah Syam (Suriah) Saat Ini

Pada kuartal pertama 2011, Suriah memanas setelah hijab penguasanya yang sangat despotik tersingkap dari kasus perlakuan atas sebagian rakyatnya secara zalim. Terhadap sejumlah pelajar yang menuliskan slogan-slogan revolusioner, aparat keamanan menyiksa mereka secara lalim. Kemudian kalangan prodemokratis melakukan protes dan menyuarakan keadilan untuk kasus tersebut. Akan tetapi aparat keamanan menjawabnya dengan menembaki para demonstran sehingga yang lainnya ikut terbawa untuk bisa menantang melawan dan turun ke tengah jalan.

Ketegangan tersebut menghasilkan gelombang protes yang meningkat secara nasional dan menuntut pada satu hal yang amat vital: pelengseran Presiden Bashar Assad. Namun dalam menghadapinya, Pemerintah Suriah justru melancarkan kekuatan untuk membungkam protes yang kian meningkat. Para pendukung oposisi pada akhirnya bangkit untuk melawan. Pertama kalinya dicetus demi mempertahankan diri mereka sendiri untuk kemudian mengeluarkan aparat keamanan dari lokal mereka.

Kekerasan kian meningkat dan Pemerintah Suriah membaliknya menjadi sebuah perang sipil seiring dengan dibentuknya brigade-brigade perlawanan untuk melawan pemerintahan dan mengontrol beberapa kota dan daerah perbatasan.

Pada Juni 2013 PBB melaporkan setidaknya 90.000 jiwa terbunuh dalam konflik Suriah. Angkanya menanjak menjadi 250.000 jiwa pada Agustus 2015 menurut laporan aktivis dan PBB.[1]

Konflik yang pada saat itu terus meningkat pada kenyataannya lebih dari sekadar pertempuran antara mereka yang pro dan kontra terhadap Bashar Assad. Ada kesan tambahan bahwa yang terjadi di Suriah adalah juga sebuah ketegangan antara kubu Sunni dan Syiah Alawiyah yang merupakan representasi dari Presiden Bashar Assad dan pemerintahannya. Bangkitnya sejumlah kelompok jihadi menunjukkan bertambahnya ukuran konflik yang terjadi.

Fitnah Menimpa Kaum Muslim

Konflik yang terjadi di Suriah semakin memanjang dan memunculkan berbagai kekacauan setelah kelompok-kelompok oposisi yang ada ternyata juga tidak sehaluan. Kelompok-kelompok perlawanan yang ada di Suriah hanya sekadar mempunyai musuh bersama (common enemy) dengan tujuan juang yang berbeda-beda.

Konflik lebih diperparah sejak kedatangan Islamic State of Iraq (ISI) yang ikut campur dan menjejakkan taringnya di Suriah. Tujuannya lantas terinterupsi oleh kelompok-kelompok perlawanan yang tidak sehaluan, mulai dari kelompok nasionalis, prodemokrasi, bahkan kelompok-kelompok Islam. Di tengah berkecamuknya peperangan pihak oposisi dengan tentara Pemerintah, ISI menambah skala pertempuran menjadi lebih besar ke arah dalam (sesama oposisi). Mereka kemudian bertransformasi menjadi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dengan pecahan dari unit-unit Jabhah an-Nushrah. Namun demikian, keberadaannya di wilayah Syam diingkari oleh pimpinan al-Qaeda yang sebelumnya menetapkan Jabhah an-Nushrah sebagai perwakilan resminya untuk membantu rakyat Suriah yang unggul dalam melawan Bashar Assad.

Medio 2014, Khilafah dideklarasikan (secara sepihak?) oleh ISIS. Mereka kemudian bertransformasi lagi menjadi Islamic State (IS) untuk mengukuhkan daya lingkupnya yang sudah tidak lagi sebatas Irak dan Suriah namun juga memutus sempadan dari Perjanjian Sykes-Picot. Segera setelah deklarasi tersebut, Sang Khalifah yang dibai’at menyeru siapapun para insinyur, sarjana, atau para ahli di bidangnya masing-masing untuk bisa berhijrah ke Negara Islam yang baru saja ditegakkan.

Seluruh dunia merespon dengan pandangannya masing-masing. Sebagian bersorak-sorai bergembira menyambut kedatangan kembali raksasa yang tertidur (a sleeping giant). Sebagian lagi bersikap biasa-biasa saja seolah tidak ada suatu peristiwa besar apapun yang memengaruhi kehidupannya. Sebagian lagi mencoba untuk bersikap skeptis mengingat prasyarat (prerequisite) keberadaan Negara Islam adalah perkara vital yang harus sesuai dengan ketentuan syara.

Pencapaian masif dalam merebut wilayah yang dilakukan ISIS memang terbilang pesat.[2] Dengan segera ISIS menjadi salah satu kelompok ekstrimis yang disebut-sebut sebagai sebuah kelompok adidaya. Sejak operasinya pada April 2013 dan melancarkan aksi militer yang sangat cepat, Syrian Observatory for Human Rights menyebutnya sebagai kelompok yang sangat kuat.[3]

Fitnah semakin nyata setelah ISIS tidak hanya mendebat mereka yang tidak sepaham, tapi juga menumpahkan darah sesama saudara muslim. Mereka mengabaikan apa yang telah diwasiatkan oleh saudara mereka sendiri untuk memutuskan suatu permasalahan melalui peradilan Islam di antara mereka sehingga menjadikan mereka sebagai pemberontak.[4]

Di tengah lalimnya pemerintahan Bashar Assad terhadap rakyat Suriah, kita dihamparkan pada suatu fitnah besar (di akhir zaman?) dengan keberadaan kelompok-kelompok perlawanan di bumi Syam, termasuk peperangan antara mujahidin dan IS(IS). Dengan performa IS(IS) yang demikian brutal sekaligus pesat, muncul pula sebuah asumsi bahwa IS(IS) adalah boneka bagi AS dalam skema proxy war.

Pencapaian-pencapaian yang diraih IS(IS), kapabilitasnya dalam memesatkan perluasan wilayah, termasuk perlengkapan tempur yang berhasil direbut dari lawan dan menjadi ghanimah, disebut-sebut sebagai kesesuaian antara fakta lapangan dengan apa yang disitir dalam dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga Think Tank tentang kebijakan politik luar negeri AS. Di dalam laporan tersebut ditekankan bahwa IS(IS) adalah daya dorong yang kuat agar AS bisa mengintervensi Suriah. Karena di balik apa yang tersuguhkan untuk umat Islam, AS dan sekutunya tengah berupaya juga untuk menggulingkan pemerintahan Bashar Assad yang disokong oleh Rusia dan negara-negara Komunis lainnya, tidak hanya untuk sekadar menetralkan IS(IS).

Nubuat dan Persiapan Kita

Dari Abdullah bin Hawalah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Kalian akan berpecah menjadi beberapa pasukan perang: pasukan di Syam, pasukan di Irak, dan pasukan di Yaman.” Abdullah berkata, “Ya Rasulullah, pilihkan untukku!” Rasulullah menjawab, “Untukmu (pilihlah) di Syam.[5] Dan barangsiapa yang tidak mau, maka ikutlah di Yaman. Dan minumlah dari telaganya masing-masing karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku negeri Syam dan penduduknya.” (HR. Ibn Hibban)

Bumi Syam juga disebut-sebut sebagai tempat di mana keimanan akan berada saat manusia ditimpa fitnah.

Dari Abu Darda RA, Rasulullah SAW bersabda, “Saat tidur aku melihat tiang al-Kitab diambil (oleh malaikat) dari bawah kepalaku. Aku mengira akan dibawa pergi, lalu aku mengikutinya dengan pandanganku. Kemudian ia ditancapkan di Syam. Ketahuilah bahwa keimanan itu berada di Syam ketika fitnah terjadi.” (HR. Ahmad)

Persis seperti sekarang ini di mana Suriah masih belum reda dari sebuah pertempuran yang mahadahsyat. Terlebih konflik Palestina yang tak kunjung berakhir sejak okupasi dan agresi Israel dalam merebut tanah kaum Muslim. Seri-seri dari keseluruhan sejuknya hawa Arab Spring meliputi bumi Syam yang pada awalnya tidak bergolak. Kini bukan hanya Palestina saja titik di mana Syam menampakkan nyala-nyala nubuat tentang sejumlah pengantar bagi peristiwa akhir zaman, tapi juga berpendar ke Yordania dan Libanon namun menegang di Suriah.

Berbeda dengan gelombang Arab Spring di tanah kaum Muslim yang lain dan bersifat lokal, revolusi di Suriah bukan saja bersifat global tapi juga diberkahi. Allah memanggil para hamba-hambaNya dari segala penjuru dunia untuk ikut berperang melawan kebatilan yang bercokol di sana. Karena peperangan di Suriah adalah peperangan umat Islam secara keseluruhan. Peperangan ini adalah untuk eksistensi umat Islam. Melalui peperangan yang panjang ini, babak baru kehidupan umat Islam telah menanti. Umat Islam akan bangkit menjadi umat yang satu kembali tanpa sekat-sekat wilayah.

Inilah fitnah yang pernah dikabarkan Nabi SAW. Ia telah, sedang dan masih akan terus terjadi. Bagaimana kita dihadapkan pada sikap saling berbunuhan di antara sesama muslim atas nama Islam, bukan sekularisme. Bagaimana pandangan kita dipaling-jauhkan dari tujuan utama musuh-musuh Islam yang terus bergerak berusaha untuk memadamkan cahaya kekuatan Islam. Bagaimana kita dengan mudah dipecah belah, dan bagaimana kita dengan sukarela menerima itu semua. Ingatlah pada perkataan Nabi SAW, bahwa saat fitnah terjadi maka keimanan bersemayam di bumi Syam.[6]

Kita, umat Islam di luar Syam, sudah sepatutnya untuk berempati terhadap saudara-saudara seakidah di sana. Wanti-wanti yang disampaikan oleh Nabi SAW tentang gambaran umat Islam sebagai satu tubuh harus mengejawantah pada jiwa ini. Bahwa derita mereka adalah derita umat Islam seluruhnya tanpa kecuali. Setiap bom yang meledak di depan mereka maka tubuh kita yang bergetar. Setiap desingan peluru yang melesat di antara mereka adalah mengiang di telinga kita.

Kita (akan) diamanahi (kembali) apa yang pernah gunung dan bumi tolak serta langit takuti. Sebuah kewajiban besar yang merupakan pangkal dari terpancangnya hukum-hukum agama harus kita tegakkan. Pun sebaliknya, seperti apa yang telah terhampar nyata selama ini bahwa ketiadaannya merupakan induk dari segala permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia. Yang membuat kita, umat Islam, menjadi terpuruk. Terhina dina. Hingga wahn dengan mudah merasuk ke dalam jiwa-jiwa rapuh yang kita miliki ini. Membuat kita begitu mencintai dunia yang fana ini dengan segala kemewahannya dan melupakan apa yang dapat menghanguskan semua itu. Pada akhirnya kehidupan yang sempit berkarib dengan kita.

Peperangan ini, peperangan yang masih bergelora di bumi Syam adalah sebuah pembuka. Ia merupakan pintu masuk bagi siapa saja dari umat ini yang menginginkan babak baru dalam kehidupannya. Kehidupan yang sangat didambakan oleh siapapun yang benar-benar mencintai Allah dan Rasul-Nya. Maka apa yang sudah kita persiapkan?

Memantaskan diri untuk menerima dan menjalankan amanah yang pernah ditolak gunung, bumi dan langit adalah sebuah keharusan. Memancangkan kembali keimanan yang sempat rubuh karena ditempa badai fitnah dan memusatkannya pada titik mana yang diwasiatkan Nabi SAW adalah jalan keselamatan. Karena kita akan menjadi bagian dari sebuah sejarah yang akan mengembalikan Islam pada singgasana yang seharusnya. Kita akan membangun kembali sebuah negara adikuasa yang dengan itu amanah yang kita terima ini dapat terwujud tanpa ada cela. Maka mari kita perkuat jiwa-jiwa lemah kita ini dengan segala persiapan untuk menunaikan nubuat dari Rasulullah SAW.

Kalian akan dikumpulkan di sana –tangannya menunjuk ke Syam– jalan kaki atau naik kendaraan maupun berjalan terbalik (kepala di bawah)…“ (HR. Imam Ahmad)

Salamah bin Nufail berkata, “Aku datang menemui Nabi SAW dan berkata, ‘Aku bosan merawat kuda perang, aku meletakkan senjataku dan perang telah ditinggalkan para pengusungnya. Tak ada lagi perang.’ Nabi SAW menjawab, ‘Sekarang telah tiba saat berperang. Akan selalu ada satu kelompok di tengah umatku yang unggul melawan musuh-musuhnya. Allah sesatkan hati banyak kalangan untuk kemudian kelompok tersebut memerangi mereka, dan Allah akan memberi rezeki dari mereka (berupa ghanimah) hingga datang keputusan Allah (Kiamat) dan mereka akan selalu demikian adanya. Ketahuilah, pusat negeri Islam adalah Syam. Kuda perang terpasang tali kekang di kepalanya (siap perang), dan itu membawa kebaikan hingga datangnya Kiamat.’” (HR. Imam Ahmad)

Auf bin Malik al-Asyja’iy pernah bercerita saat pertemuannya dengan Nabi SAW yang berkata, “Wahai Auf, hitung ada enam tanda Kiamat. Pertama, kematianku.” Maka aku berkata, ”Kalimat pertama ini membuatku menangis sehingga Nabi SAW membujukku untuk diam. Aku lalu menghitung: satu.” Nabi SAW berkata, “Penaklukan Baitul Maqdis.” Aku berkata, ”Dua”. Nabi SAW berkata, “Kematian yang akan merenggut umatku dengan cepat seperti wabah kematian kambing (wabah tha’un).” Aku berkata, “Tiga.” Nabi SAW berkata, “Konflik dahsyat yang menimpa umatku.” Aku berkata, “Empat.” Nabi SAW berkata, “Harta membumbung tinggi nilainya hingga seseorang diberi 100 dinar masih belum puas.” Aku berkata, “Lima.” Nabi SAW berkata, “Terjadi gencatan senjata antara kalian dengan Bani Ashfar (bangsa pirang), lalu mereka mendukung kalian dengan 80 tujuan.” Aku bertanya, “Apa maksud dari tujuan?” Nabi SAW berkata, “Maksudnya panji. Pada tiap panji terdisi dari 12.000 prajurit. Benteng umat Islam saat itu di wilayah yang disebut Ghauthah, daerah sekitar kota Damaskus.” (HR. Ahmad)

Mari kita kawani saudara-saudara kita di sana dalam usahanya menegakkan agama dengan doa kita. Doa-doa yang harus kita panjatkan pada salat-salat kita, pada sujud-sujud kita yang panjang. Karena doa kita menembus batas-batas nasionalisme yang batil. Doa kita melesat seakurat misil dan menjadi proyektil bagi meriam para mujahidin. Doa-doa tulus ini semematikan rentetan senjata peperangan. Menghunjam dada-dada musuh Allah karena terpantik dari keimanan.

blar

Peperangan ini belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Gencatan senjata yang baru saja dilakukan oleh para pihak sejatinya hanyalah sebuah jeda untuk sebuah strategi baru. Di balik semua ini adalah pertarungan nyata antar tiga ideologi besar dunia. Gelombang Islam yang mulai sedang berkecambah dalam sejuknya hawa Arab Spring di Suriah dibajak oleh Tuan Para Kapital dunia. Sedang di lain sisi kerakusan terhadap uang, obat-obatan dan suplai minyak membawa negara-negara Komunis masuk ke dalam turbulensi dunia.

Perang Dunia Ketiga sedang dirancang. Jika kita tidak mengencangkan pegangan pada tempat di mana kita berada, pada partai ini, pada akidah yang sudah tergenapi ini, kita mungkin akan terhempas dan tidak pernah bisa memenuhi nubuat Nabi SAW. Hasbunallaah wani’mal wakiil, ni’mal maulaa wani’ma an-nashiir.

Wamaa taufiqi illaa billaah. []

Referensi:

  1. al-Bidayah wa an-Nihayah
  2. al-Qaeda-linked group strengthens hold in northern Syria http://edition.cnn.com/2013/11/05/world/europe/syria-turkey-al-qaeda/
  3. Amanah untuk Manusia http://hizbut-tahrir.or.id/2012/04/11/amanah-untuk-manusia/
  4. Anatomy of the 3rd World War https://www.lewrockwell.com/2016/02/joachim-hagopian/anatomy-3rd-world-war/
  5. CIA said to aid in steering arms to Syrian opposition http://www.nytimes.com/2012/06/21/world/middleeast/cia-said-to-aid-in-steering-arms-to-syrian-rebels.html?pagewanted=all
  6. FSA rebels defect to JN http://www.theguardian.com/world/2013/may/08/free-syrian-army-rebels-defect-islamist-group
  7. Is the truce in Syria a deceitful Neocon strategy to launch a pro-terrorist Arab coalition invasion? http://www.globalresearch.ca/is-the-truce-in-syria-a-deceitful-neocon-strategy-to-launch-a-pro-terrorist-arab-coalition-invasion/5510649
  8. ISIS is America’s dream rebel army http://www.globalresearch.ca/the-islamic-state-isis-is-americas-dream-rebel-army/5413036
  9. Qaeda chief annuls Syrian-Iraqi jihad merger http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2013/06/2013699425657882.html
  10. Syria: The story of the conflict http://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868
  11. Syrian truce offers an opportunity to end war http://www.japantimes.co.jp/opinion/2016/03/01/commentary/world-commentary/syrian-truce-offers-opportunity-end-war/#.VtrchTGfnUd
  12. What’s happening in Syria? http://www.bbc.co.uk/newsround/16979186
    ——————————–

[1] https://hrdag.org/wp-content/uploads/2013/06/HRDAG-Updated-SY-report.pdf

[2] https://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_ISIL_related_events

[3] Rami Abdul Rahman, aktivis SOHR mengatakan, “ISIS adalah kelompok terkuat yang berada di utara Suriah. (Disebutkan dalam angka: 100%, pen.) Jika ada yang menyanggahnya kepadamu, maka itu adalah dusta.”

[4] http://s3.documentcloud.org/documents/710588/translation-of-ayman-al-zawahiris-letter.pdf

[5] Dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Daud, redaksinya berbunyi, “Pilihlah di Syam karena ia merupakan pilihan Allah dari bumi-Nya. Allah mengumpulkan padanya, hamba-hamba pilihan-Nya.

[6] Salah seorang ulama Syam, Imam Izz Ibn Abdussalam memberikan syarah terhadap hadits Nabi SAW tersebut, “Maksudnya adalah apabila fitnah terjadi dalam agama Islam maka penduduk Syam bebas dari fitnah tersebut dan tetap beriman. Dan apabila fitnah terjadi di luar agama maka ahli Syam beramal sesuai dengan keimanan.

4 thoughts on “Pertempuran Syam: Nubuat dan Persiapan Kita

  1. Mari kita kawani saudara-saudara kita di sana dalam usahanya menegakkan agama dengan doa kita. […]

    Anshor al-Khilafah?

  2. “Fitnah semakin nyata setelah ISIS tidak hanya mendebat mereka yang tidak sepaham, tapi juga menumpahkan darah sesama saudara muslim. Mereka mengabaikan apa yang telah diwasiatkan oleh saudara mereka sendiri untuk memutuskan suatu permasalahan melalui peradilan Islam di antara mereka sehingga menjadikan mereka sebagai pemberontak.[4]”

    Om maksudnya “menumpahkan darah sesama saudara muslim” itu muslim yang mana ya? Setahu ane IS banyaknya beresin Syiah dan para murtadun. Tolong share muslim yg mana

    1. Ini salah satu pertanyaan yang mungkin sulit saya jawab. Segala informasi yang kita dapatkan (atau mungkin cuma saya) hanya bisa didapat dari jalur yang oh-ya-ini-sumber-yang-saya-percayai.

      Apalagi kalau ditarik dari batasan2 keislaman seseorang yang bahkan masing2 pihak berbeda memandangnya, saya angkat tangan kecuali hanya bisa bertaklid.

      Mudah2an Allah mengampuni saya dari segala apa yang tidak bisa saya verifikasi langsung dan malah lancang (ikut) berpendapat.

Ada yang ingin disampaikan?